METODE PENGUMPULAN DATA
A. Instrumen Pengumpul Data
Telah dibahas pada bab sebelumnya
tentang variable penelitian dan menentukan sumber data penelitian. Dari
variable penelitian dapat diidentifikasi data apa yang diperlukan dan
selanjutnya dapat ditentukan dari mana sumber datanya. Apabila kita dapat menentukan sumber datanya,
maka pertanyaan berikut adalah instrument (alat) apa yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Misal seorang peneliti ingin mendapatkan data tentang selera
konsumen. Sumber datanya tentu konsumen (person), masalahnya adalah instrument
apa yang bisa dipakai untuk mengumpulkan data ? Dalam hal ini kita dapat
menanyakan langsung kepada konsumen dengan mewancarainya, untuk wawancara ini
perlu alat bantu. Secara minimal alat bantu yang dapat dipakai adalah guide
(pedoman) pertanyaan yang akan diajukan ke konsumen dan alat tulis. Pedoman
wawancara ini merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang
selera konsumen, oleh karena itu pedoman wawancara ini dapat dikatakan sebagai instrument
pengumpulan data.
B. Jenis metode atau instrument
pengumpulan data
Metode pengumpulan data berhubungan
dengan instrument pengumpulan data. Pada umumnya instrumen pengumpulan data
mempunyai nama yang sama dengan metode pengumpulan data.
Untuk mendapat gambaran
hubungan antara metode dengan instrument penelitian disajikan dalam table
berikut:
Metode pengumpulan data
adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Sedangkan instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah untuk diolah atau dianalisis
1. TES
Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan yang
digunakan untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan, intelegensia atau kemampuan
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.Ditinjau dari sasaran atau objek yang
dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes atau alat ukur lain.
- Tes kepribadian atau
personality test, yaitu test yang digunakan untuk mengungkap kepribadian
seseorang. Hal yang diukur bias self concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus dan sebagainya.
- Tes sikap atau
attitude test, yang sering juga disebut dengan istilah skala sikap, yaitu alat
yang digunakan untuk mengukur berbagai sikap seseorang.
- Tes minat atau
measurement of interest, adalah tes yang digunakan untuk menggali minat
seseorang terhadap sesuatu
- Tes prestasi atau
achievement test, yaitu test yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah
mempelajari sesuatu. Berbeda dengan tes yang lain yang langsung menguji
individu, maka tes prestasi dilakukan dengan terlebih dahulu
memberikan pengetahuan atau
ketrampilan tertentu yang ingin diujikan. Misal untuk mengetahui
efektifitas suatu pelatihan karyawan dilakukan dengan cara memberikan
pelatihan terdahulu, kemudian setelah pelatihan selesai karyawan diuji
(tes) untuk mengetahui apakah pelatihan tersebut dapat mencapai tujuan
(sasaran) dari pelatihan tersebut.
- Beberapa tes lain, missal tes intelegensia, tes bakat dll
Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa
soal-soal tes, dan soal tes terdiri dari banyak butir tes yang masing-masing
mengukur satu jenis variable.
2. ANGKET (kuesioner)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Kuesioner
dapat dibedakan atas beberapa jenis
tergantung dengan sudut pandang tertentu,
- Dipandang dari cara menjawab, maka dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu :
1)
Kuesioner terbuka, kuesioner yang
memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya
sendiri.
2)
Kuesioner tertutup. Kusioner yang sudah
menyediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawabannya yang ia
anggap sesuai.
b.Dipandang dari
jawaban yang diberikan yaitu,
1)
Kuesioner langsung, yaitu jika responden
menjawab tentang dirinya
2)
Kuesioner tidak langsung, yaitu
jika responden menjawab tentang orang
lain
c. Dipandang dari bentuk
pertanyaan yaitu,
1)
Kuesioner pilihan ganda, ini berarti sama dengan kuesioner
tertutup karena responden hanya menjawab berdasarkan pilihan jawaban yang tersedia.
2)
Kuesioner isian, ini berarti sama dengan kuesioner terbuka,
karena responden menjawab dengan
kalimatnya sendiri.
3)
Check list, merupakan daftar dimana responden tinggal
membubuhkan tanda cek pada kolom yang sesuai
4)
Rating scale, yaitu pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom
yang menunjukkan tingkatan, missal dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Keuntungan penggunaan kuesioner
adalah:
a.
Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b.
Dapat dibuat anonym sehingga responden dapat menjawab dengan
bebas dan jujur serta tidak ada beban / tekanan
c.
Dapat dibuat standar
sehingga semua responden diberikan pertanyaan yang persis sama.
Kelemahan penggunaan kuesioner adalah:
a.
Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati ( tidak
terjawab).
b.
Walaupun dibuat anonym, kadang kadang dengan sengaja
responden memberikan jawaban yang tidak jujur.
c.
Tingkat pengembalian kuesioner yang rendah, terutama jika
dikirim lewat pos.
d.
Waktu pengembalian yang sangat bervariasi, yaitu ada yang cepat
tapi juga banyak yang terlambat sehingga menggangu atau memperlambat jadwal
penyelesaian penelitian.
Kuesioner yang disampaikan ke responden sebaiknya diberi surat pengantar. Hal ini akan memberikan
kesan bahwa responden dihargai dan sangat diharapkan
partisipasinya.
Hal yang harus ada dalam surat pengantar adalah:
1.
Alamat reponden lengkap dengan
jabatannya (jika ada)
2.
Tujuan mengadakan penelitian dan
pentingnya penelitian tersebut
3.
Pentingnya responden dalam penelitian ini
4.
Waktu pengisian kuesioner (misal diharapkan kuesioner
dikembalikan paling lambat 2 minggu sejak kuesioner diterima).
5.
Jika digunakan jasa pos sebaiknya disediakan amplom yang
telah ditulis lengkap alamat peneliti dan sudah diberi perangko
6.
Ucapan terima kasih kepada responden
7.
Nama jelas pengirim dan tanda tangan pengirim
Untuk skripsi, disamping surat pengantar
dari peneliti juga perlu melampirkan surat
ijin penelitian yang diterbitkan oleh institusi pendidikan yang bersangkutan.
3. INTERVIEW
Interview sering juga disebut dengan
wawancara atau kuesioner lisan adalah merupakan dialog yang dilakukan oleh
pewawancara kepada responden untuk menggali informasi.
Secara fisik , interview dapat dibedakan menjadi 2 yaitu,
(1) interview terstruktur: Terdiri dari daftar pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan tanda
(tick mark) pada pilihan jawaban yang telah disediakan. Dalam hal ini menjadi
seperti kuesioner, bedanya bahwa responden berhadapan langsung dengan
pewawancara sehingga jika ada hal yang tidak dimengerti dapat ditanyakan dan
pewawancara dapat mengecek secara langsung kelengkapan jawaban responden.
(2) Interview tidak terstruktur: adalah interview yang dilakukan
secara bebas oleh pewawancara, namun pewawancara tetap mengacu pada data atau
informasi apa yang diperlukan. Dalam hal ini pewawancara juga dapat menggunakan
pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal apa yang perlu
ditanyakan.
Melakukan interview bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Dalam hal ini pewawancara harus menciptakan suasana santai tapi serius sehingga
pihak yang diwawancarai mau menjawab pertanyaan dengan jujur.
4.
OBSERVASI
Didalam
pengertian psikologik, observasi atau pengamatan adalah merupakan seluruh
kegiatan pengamatan terhadap objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi
observasi dapat dilakukan dengan penciuman, penglihatan, pendengaran, peraba
dan pengecap. Pengamatan dengan menggunakan indra disebut pengamatan langsung.
Di
dalam penelitian observasi dapat dilakukan dengan menggunakan tes, kuesioner,
rekaman gambar, rekaman suara dan
lain-lain.
Observasi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu,
a.
Observasi non sistematis, yaitu observasi yang
dilakukan oleh pengamat dengan tidak memakai instrument pengamatan.
b.
Observasi
sistematis, dilakukan oleh pengamat dengan memakai instrument
pengamatan. Dalam hal ini instrument yang dipakai dapat berupa daftar jenis
kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati sehingga pengamat tinggal
memberikan tanda pada kolom tempat
peristiwa muncul.
5. DOKUMENTASI
Dokumentasi,
berasal dari kata dokumen yang artinya semua barang-barang yang yang tertulis.
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi , peneliti menyelidiki benda benda
tertulis seperti buku, notulen rapat, catatan, peninggalan benda purbakala yang
merupakan symbol symbol atau gambar.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan cara :
1) menggunakan pedoman dokumentasi, yang
memuat garis besar atau kategori dokumen
yang akan dicari datanya,
2) check list, yaitu daftar variable
yang akan dikumpulkan datanya dimana dari daftar ini peneliti tinggal
memberikan tanda pada setiap item
yang ada dalam daftar.
C. KUALITAS INSTRUMENT PENELITIAN
Instrumen dalam penelitian mempunyai
kedudukan yang sangat penting karena benar tidaknya data yang dikumpulkan akan
tergantung dari baik tidaknya instrument
pengumpul data.
Instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid
dan reliable.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur
dengan tepat variable yang diteliti.
Tinggi rendahnya validitas instrument
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran yang
sebenarnya tentang variable yang dimaksud. Untuk mengetahui ketepatan data ini
diperlukan uji validitas.
Ada
dua macam validitas sesuai dengan cara
pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.
a. Validitas eksternal, jika data yang dihasilkan dari
instrument tersebut sesuai dengan data atau informasi lain tentang variable penelitian
yang dimaksud.
Jadi ada sumber data lain yang dapat digunakan untuk croos check. Misal
mengukur kemampuan mahasiswa dalam praktik auditing. Dalam hal ini dipakai
instrument berupa tes kasus audit. Kemudian hasil tes kasus audit
mahasiswa dibandingkan dengan indek
prestasi mahasiswa yang bersangkutan . Jika hasil tes audit berkorelasi dengan
indek prestasi maka secara teori instrument tes audit tersebut sudah memenuhi
validitas eksternal.
b. Validitas
internal
dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian–bagian instrument dengan
instrument secara keseluruhan.
Dengan kata
lain sebuah instrument dikatakan mempunyai memiliki validitas internal
jika setiap bagian instrument mendukung “misi” instrumen secara
keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variable yang diteliti. Sedangkan yang dimaksud
dengan bagian instrument dapat berupa butir butir pertanyaan dari
kuesioner atau soal tes, tapi .dapat
pula kumpulan dari butir butir tersebut yang mencerminkan suatu factor. Sehubungan
dengan ini maka ada istilah validitas butir dan faliditas factor. Sebuah
instrument mempunyai validitas butir / factor yang tinggi apabila
butir-butir atau factor yang membentuk
instrument tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrument.
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data.
Instrumen
yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataanya, maka beberapa kalipun diambil tetap menghasilkan data yang sama.
Dengan demikian suatu instrument dikatakan reliable jika instrument tersebut
dapat menghasilkan pengukuran yang konsisten apabila digunakan berkali-kali.
Ada
dua jenis reliabilitas yaitu reliabilitas
eksternal dan reliabilitas internal.
Seperti halnya validitas, dua nama tersebut
menunjukkan pada cara menguji reliabilitas. Jika ukuran atau patokannya berada
diluar instrument maka dari hasil pengujian diperoleh reliabilitas eksternal. Jika pengujian dilakukan dengan menggunakan
data dari dalam instrument itu sendiri maka akan meghasilkan reliabilitas
internal.
Untuk menguji validitas
dan reliabilitas instrument dapat digunakan software SPSS (Statistical Product
and Service Solution)
PENGUMPULAN DATA
Setelah instrument dirancang maka sebelum digunakan
sebaiknya peneliti melakukan uji coba
lebih dulu untuk mengetahui apakah responden bisa memahami pertanyaan
yang diajukan dalam kuesioner. Sampel yang dipilih untuk keperluan uji coba
adalah haruslah sample dari populasi dimana sample penelitian akan diambil.
Dalam uji coba, responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran
perbaikan bagi kuesioner yang diuji cobakan tersebut.
Kemudian jika digunakan
tenaga pembantu untuk pengumpulan data, maka petugas pengumpul data tersebut
harus diberi pelatihan dulu sehingga nantinya dapat memahami apa yang
seharusnya dilakukan di lapangan. Pelatihan ini sangat penting karena jika
pengumpul data salah sikap dalam interview misalnya, maka hal ini akan
mempengaruhi data yang diberikan oleh responden, akibatnya data yang
dikumpulkan salah. Seorang pengumpul
data juga harus mempunyai keahlian dan pengalaman. Semakin kurang pengalamannya
maka pengumpulan data semakin dipengaruhi oleh keinginan pribadinya, semakin
bias data yang terkumpul.
Jika instrument yang
digunakan adalah kuesioner yang dikirimkan ke responden, maka masalah yang
sering dihadapi adalah tidak kembalinya kuesioner tersebut. Dalam hal ini peneliti
dapat mengirim surat
kepada responden untuk mengingatkan kembali kuesioner yang telah disampaikan,
dan meyakinkan bahwa kesediaan responden sangat diharapkan dan berarti.
Dibandingkan dengan
instrument kuesioner yang dikirim ke responden maka pengumpulan data dengan
wawancara (interview) mempunyai peluang untuk memperoleh data lebih banyak dan
lebih lengkap. Untuk interview tentu dibutuhkan tenaga pembantu, oleh karena
itu pelatihan harus diberikan kepada pewawancara (interviewer) agar diperoleh
data yang obyektif dan reliable.
Latihan untuk pewawancara
pada umumnya melalui 2 tahap yaitu:
a.
Tahap pertama, calon pewancara
mempelajari pedoman wawancara dan hal –hal yang terkait dengan kondisi
wawancara, transaportasi, pengamanan data, variable yang diungkap dan
sebagainya. Pada kesempatan ini perlu dipertimbangkan apakah harapan peneliti
sebaiknya diungkapkan atau tidak, karena adakalanya justru membuat pewawancara
mempunyai kecenderungan mengarah data
kepada harapan tersebut sehingga dapat mengakibatkan bias.
b.
Tahap kedua, calon pewawancara
dilatih bagaimana menjadi pewawancara yang baik, bagaimana dating, membuka
percakapan, mengemukakan maksud, mengajukan pertanyaan, memberikan respon
sampai ke menutup pembicaraan. Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif,
suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh adalah data yang obyektif
dan dapat dipercaya.
Dalam uji coba peneliti harus mencatat teknik dan kondisi yang mana yang paling mendukung
penerimaan informasi yang paling tepat.
Sebaiknya pada waktu uji coba digunakan tape recorder atau video sehingga dapat
dilakukan evaluasi.
==================